Refleksi Sumpah Pemuda; Pemuda Dalam Prespektif Ekonomi Dan Politik

4A250901-9EE2-4BCC-8776-733CEBF6E4C0

Jayapura, idenews.id --- Sejarah Pemuda adalah sejarah perjuangan bangsa. Tidak ada negara yang mengalami kemerdekaan dan kebebasan dengan kealfaan peran serta pemuda, termasuk Indonesia. Pemuda punya sejarah panjang dalam proses perjalanan bangsa Indonesia. 

Karenanya Kemerdekaan Indonesia yang hari ini telah dinikmati bersama oleh seluruh anak bangsa tidak terlepas dari peran pemuda dalam membangun konsolidasi untuk melawan penjajah.

Ada banyak literatur atau referensi berkaitan dengan sejarah perjuangan pemuda – pemudi Indonesia. Salah satu fakta sejarah yang tidak bisa dibantah adalah lahirnya gerakan – gerakan kepemudaan di masa pra-kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan.

Seperti lahirnya organisasi kepemudaan yang dikenal dengan Boedi Utomo. Organisasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh para siswa School Tot Opleiding Van Idlandche Artsen (STOVIA) atau sekolah kedokteran untuk bumi putera pada tanggal 20 Mei 1908 yang sampai hari ini dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).

Organisasi ini menjadi salah satu wadah perjuangan para anak – anak pribumi pada saat itu untuk memperjuangkan nasib bangsa Indonesia agar bisa merdeka dari penjajahan kolonialisme.

Dari berbagai rentetan sejarah tentang peran pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, hingga pada tanggal 28 Oktober 1928 terwujudlah sebuah ikrar pemuda sebagai nilai dasar perjuangan pemuda yang hari ini diperingati sebagai Sumpah Pemuda. 

Hal itu merupakan ikrar kebangsaan yang dirumuskan melalui sebuah putusan Kongres Pemuda Kedua di Jakarta pada 27-28 Oktober 1928. Ikrar tersebut sebagai wujud pernyataan kebangsaan para pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang daerah, suku, dan agama, untuk menyatukan keyakinan mereka bahwa tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan adalah Indonesia.

Sejarah panjang perjuangan para pemuda telah menorehkan prestasi yang luar biasa hingga dikenang sepanjang zaman karena berhasil mengantarkan rakyat Indonesia keluar dari belenggu penjajahan yang ditandai dengan peristiwa rengasdengklok, di mana terjadi perdebatan sengit antara golongan muda dan tua. Golongan muda pada waktu itu diwakili oleh Ir. Soekarno menghendaki diproklamasikan kemerdakaan Indonesia, sementara golongan tua masih menahan dan bersabar karena menganggap belum waktunya.

Namun Bung Karno bersama kawan – kawan terus memberi tekan bahwa Indonesia harus merdeka dengan tangan sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak lain sehingga tepat pada 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia, Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Buah perjuangan pemuda pada masa itu telah kita nikmati hari ini. Pemuda Indonesia dapat menghirup udara segar tanpa ada tekanan dan hegemoni dari bangsa lain seperti di era sebelum proklamasi kemerdekaan. Hal ini adalah sebuah keberkahan yang harus disyukuri sekaligus menjadi sebuah kesempatan yang mesti dimanfaatkan dengan sebaik – sebaiknya. 

Namun demikian, bisa menjadi sebuah tantangan yang rumit karena pemuda hari ini akan dipertemukan dengan situasi yang sulit di tengah realitas kebangsaan yang hampir kehilangan optimisme pemuda. Olehnya itu, pemuda tidak mampu memposisikan diri atau beradaptasi dengan perkembangan zaman serta terciptanya ruang kompetisi yang begitu ketat maka hanya akan menjadi penonton. Pertanyaan, apa yang harus dilakukan oleh pemuda? 

*Membangun Kemandirian Ekonomi*

Kemandirian pemuda menjadi salah satu kunci utama untuk bisa bertahan dalam derasnya arus globalisasi. Mandiri dalam hal ini tidak hanya dari segi pikiran tetapi juga harus mandiri dari aspek ekonomi. Karena Pemuda merupakan aset terpenting yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tentunya bermuara dalam pembangunan bangsa kedepan. 

Pemuda adalah potret wajah peradaban bangsa kedepan karena pemuda hari inilah yang akan menjadi pemilik zaman kedepan. 

Siklus ini adalah sebuah kepastian sehingga mempersiapkan diri serta membekali diri adalah sebuah keharusan bagi setiap generasi muda.

Untuk menuju perubahan ke arah yang lebih baik, tentunya pemuda Indonesia diharapkan memiliki kemandirian seperti; moral, etika, pikiran dan ekonomi.

Artinya bahwa pemuda dituntut untuk bisa berkreatifitas dengan mengandalkan segala potensi yang dimilikinya ditengah keterbukaan informasi dan perkembangan tekhnologi yang ada sehingga mampu melahirkan kemandirian ekonomi. Karena ini akan berdampak terhadap jati diri dan karakter pemuda. 

Salah satu wujud kemandirian adalah menjadi Interpreneur Muda karena itu akan menjadi penyanggah ekonomi bangsa. 

Di Indonesia, berdasarkan data Statistik terbaru hanya 3,95 % yang menjadi wirausaha. Angka ini masih terbilang kecil dibandingkan negara - negara maju. Padahal salah satu penyanggah ekonomi indonesia yaitu karena adanya pengusaha sehingga sangat dibutuhkan keterlibatan pemuda untuk menjadi wirausaha.

Hal ini juga menjadi ikhtiar bersama dalam merebut kedaulatan ekonomi. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa hampir semua sektor perekonomian di kuasai oleh pihak luar. Kalimat bahwa kita harus menjadi tuan di bangsa sendiri nyaris hanya sekedar kalimat pujangga saja. Faktanya kelompok kapitalisme telah menguasai hampir seluruh aset ekonomi di Indonesia. 

Olehnya itu, pemuda harus mandiri secara finansial termasuk segala apa pun kegiatan dan aktifitas pemuda hari ini harus menjadi pemuda yang produktif. Pemuda harus menjadi solusi bangsa dari segalah persoalan carut marut yang dihadapi bangsa kita hari ini. Karena itu sebagai harapan bangsa harus bisa menjadi bagian dari solusi ekonomi dengan menjadi pengusaha agar sumber daya alam yang terkandung di dalam bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemajuan dan kemakmura bangsa dan negara.

 

*Pemuda Dalam Kancah Politik*

Setelah punya kemandirian, maka harus mengambil peran dalam ruang politik. Karena Pemuda adalah estapet kepemimpinan bangsa kedepan. 

Peran pemuda dalam ruang politik setidaknya memberi dampak positif terhadap proses demokrasi. Misalkan pemilihan kepala daerah yang akan digelar pada 27 November mendatang.

Pemuda tidak bisa apatis terhadap proses politik. Apalagi menganggap bahwa politik itu kotor dan hanya sekedar bicara soal kepentingan siapa dapat apa. Tapi sadar atau tidak karena keputusan politik akan berdampak kepada semua sektor kehidupan. Hal ini pernah disinggung oleh Bertolt Brecht, seorang penyair Jerman yang hidup di abad ke-19 (1898-1956).

“Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik."

"Orang buta politik begitu bodoh, sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya seraya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, dan rusaknya perusahaan nasional serta multinasional yang menguras kekayaan negeri."

Sikap alergi terhadap politik seperti ini sangat tidak relevan lagi dengan realitas kebangsaan yang hampir secara menyeluruh dipengaruhi atau dikendalikan oleh keputusan politik. Sementara unsur keputusan itu lahir dari proses politik melalui Pemilu maupun Pilkada.

*Pemuda Hari Ini Adalah Pemimpin Masa Depan*

Kesadaran berpolitik sangat penting bagi seluruh generasi muda. Sebagaimana dalam pemahaman Aristoteles bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (bonnum commune). 

Ikhatiar terhadap pentingnya kesadaran berpolitik belum terlihat luas dan mengakar di kalangan anak muda. Masih banyak generasi muda yang bisa dianggap tidak punya DNA politik bahkan ketika berbicara soal politik pun masih tidak nyambung. Mereka lebih menyukai hal-hal yang bersifat hedonis dan intertaimant.

Padahal sadar atau tidak, karena zaman yang terus berotasi tentu meniscayakan adanya pergantian aktor kebijakan politik. Karena menurut Aristoteles bahwa manusia secara subtansi akan mengalami proses pergerakan secara alamiah. Adanya perubahan peran kedepan karena faktor usia, sehingga mau tidak mau pemuda hari inilah yang akan mengambil peran tersebut.

Dalam konteks politik kekinian di tanah Papua, sedang kita hadapi adalah proses Pilkada sebagai ajang pesta demokrasi lima tahunan sekali. Kita mengamati partisipasi elemen pemuda masih relatif kurang. Baik menjadi tim sukses maupun sebagai aktor penerjemah nilai politik dan demokrasi. 

Sementara berdasarkan data pemilih yang ada di Provinsi Papua lebih khusus lagi di Kota Jayapura lebih didominasi oleh pemilih pemula atau dikenal dengan Gen Z. Dari data yang dirilis KPU 60 persen daftar pemilih tetap di Kota Jayapura adalah kategori pemilih pemula. Namun hal itu tidak berbanding lurus dengan partisipasi pemili pemula akan pentingnya kesadaram berpolitik. 

Artinya bahwa keterlibatan generasi muda itu memang harus didorong dalam ruang berpolitik, mereka tidak hanya menjadi subjek atau ibarat barang yang mau diperebutkan suaranya tetapi juga menjadi objek. Minimal tidak sekedar datang memenuhi hak politik di TPS tetapi juga bisa berperan dalam memberi proses pendidikan politik. 

Tentu kita berharap pemilih pemula ini menjadi kelompok pemilih yang cerdas, tidak ikut menceburkan dirinya dalam praktek money politik yang telah menjadi momok yang menghantui setiap proses demokrasi kita.

Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa tidak ada bangsa besar yang mampu bertahan kalau tidak diisi dengan anak muda sebagai agent of change ( agent perubahan ) kita juga harus menyadari bahwa begitu pentingnya posisi pemuda sehingga tak heran jika diskursus tentang peran serta pemuda dalam kehidupan bernegara ini tidak akan pernah habis. Karena dalam piramida sosial piramida sosial, pemuda sebagai midle class, artinya berada dalam posisi menengah diantara penguasa atau penentu kebijakan politik dan rakyat sebagai pemberi mandat politik.

Jadi melalui refleksi Sumpah Pemuda yang setiap tanggal 28 Oktober diperingati oleh seluruh elemen pemuda dengan berbagai cara, tidak hanya sekedar euforia romantisme perjuangan belaka tetapi menjadi bahan perenungan bahwa begitu pentingnya keterlibatan pemuda di setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga menyadari bahwa pemuda hari ini adalah calon - calon pemimpin masa depan.


Penulis : Supriadi Laling, S.Ap. (Anggota DPR Provinsi Papua / Ketua PKS Muda Provinsi Papua)